Antara Rencana dan Bencana: Belajar dari Rahim Kehidupan
Oleh : dr. Maximus Mujur, Sp.OG
Di dalam rahim, sebuah kehidupan kecil tumbuh dengan tenang. Ia tidak mengenal istilah “nanti kalau sudah siap”. Sejak awal pembuahan, ia bergerak, membelah sel demi sel, menyusun jaringan, membentuk organ, hingga perlahan menjelma menjadi manusia. Semua terjadi tanpa pernah menunggu kesempurnaan.
Inilah pelajaran agung yang sering kita lupakan: kehidupan sejati tidak menunggu semua rencana tertata rapih, tetapi bergerak sambil membenahi.
Rencana yang Tak Pernah Menjadi Nyata
Banyak orang bersemangat menyusun rencana. Ada yang menuliskannya di kertas, ada yang menyimpannya dalam kepala. Namun sayangnya, rencana sering kali berakhir hanya sebagai catatan indah.
- Ada yang terlalu sibuk merevisi rencana, hingga tidak pernah melangkah.
- Ada yang menyalahkan waktu, seolah-olah waktu selalu menjadi musuh.
- Ada pula yang takut gagal, sehingga lebih memilih menunda daripada mencoba.
Semua itu akhirnya membuat hati gelisah, kecewa, bahkan iri ketika melihat orang lain berhasil mewujudkan apa yang hanya direncanakan. Di sinilah rencana berubah menjadi bencana batin—bencana yang tak terlihat, tetapi merusak jiwa pelan-pelan.
Janin: Simbol Aksi Nyata
Janin adalah gambaran paling indah tentang bagaimana rencana diwujudkan dalam aksi nyata. Ia tumbuh tanpa henti, sekalipun ruang rahim terbatas. Ia tidak menunggu tubuhnya sempurna untuk memulai kehidupan; ia bertumbuh sambil berdandan, membenahi diri di sepanjang proses.
Setiap detak jantung ibu, setiap emosi yang dirasakan, setiap doa yang dibisikkan, menjadi energi yang ia tangkap. Ia belajar tentang kasih, kesabaran, dan harapan bukan dari rencana muluk sang ibu, melainkan dari aksi sehari-hari yang konsisten.
Inilah rahasia hidup: yang memberi dampak bukanlah rencana besar, melainkan tindakan kecil yang setia dilakukan.
Konsistensi: Nafas Sejati Kehidupan
Seorang ibu yang menjaga pola makan, mengatur istirahat, melantunkan doa, atau membacakan ayat-ayat suci untuk janinnya, sedang menanamkan fondasi kuat bagi kehidupan anaknya. Itu semua sederhana, tetapi konsisten.
Konsistensi adalah yang membuat rencana tumbuh menjadi kenyataan. Tanpa konsistensi, rencana hanya menjadi impian. Dengan konsistensi, bahkan langkah kecil mampu mengubah arah hidup.
Menghormati Waktu, Bukan Menundukkannya
Banyak orang gagal karena ingin menundukkan waktu. Mereka berkata, “Nanti kalau sudah ada waktu, saya akan mulai.” Tetapi waktu bukan untuk ditundukkan; waktu adalah irama yang harus diikuti.
Janin mengajarkan hal ini dengan sangat jelas. Ia tidak bisa mempercepat atau menunda kelahirannya sesuka hati. Ia hidup sesuai ritme waktu yang sudah ditetapkan. Begitu pula ibu yang mengandung, ia belajar untuk menyesuaikan diri dengan perubahan tubuhnya, hari demi hari, bulan demi bulan.
Mereka berdua berjalan selaras dengan waktu, bukan melawannya.
Penutup: Rahim Sebagai Cermin Hidup
Rahim adalah cermin kehidupan. Dari sana kita belajar bahwa:
- Rencana tanpa aksi hanya akan melahirkan bencana batin.
- Aksi nyata, sekecil apa pun, lebih bermakna daripada rencana indah yang tak pernah diwujudkan.
- Konsistensi adalah kunci pertumbuhan.
- Waktu bukan musuh, melainkan sahabat yang harus dihormati.
Jika janin mampu tumbuh setiap hari, meski dalam keterbatasan, bukankah kita pun bisa melangkah dengan cara yang sama? Tidak perlu menunggu sempurna. Mulailah bergerak, sambil terus berdandan, sambil terus memperbaiki.
Hidup bukan tentang banyaknya rencana, tetapi tentang keberanian untuk mewujudkan satu langkah hari ini.