• +62 811-221-488
  • #
  • Cilaki, Bandung

Artikel

Membangun Peradaban Kasih: Kembali pada Jiwa yang Hidup

Oleh : dr. Maximus Mujur, Sp.OG Kemajuan zaman tidak akan berarti apa pun bila manusia kehilangan keheningan batinnya. Dunia modern memuja efisiensi, tetapi lupa pada kelembutan. Ia membangun sistem besar, tetapi melupakan rahim kecil tempat kehidupan pertama kali bernafas. Di sanalah seharusnya peradaban kasih dimulai — bukan di laboratorium, bukan di ruang rapat, melainkan dalam rahim dan dalam rumah. 1….

🌿 Manusia di Ambang Sunyi: Kembali kepada Jiwa yang Hidup

Oleh : dr. Maximus Mujur, Sp.OG Di era ketika segalanya bisa diukur, dihitung, dan diprediksi, manusia justru kehilangan sesuatu yang paling berharga—jiwanya sendiri. Kita hidup di zaman di mana pikiran dipuja, sains diagungkan, dan logika dijadikan tuhan. Namun di balik segala kemajuan itu, dunia batin manusia perlahan sunyi. Hari ini, banyak orang tahu cara “hidup sehat”, tetapi sedikit yang tahu…

Manusia, Jiwa, dan Dignitas yang Hilang

Oleh : dr. Maximus Mujur, Sp.OG Di tengah kemajuan ilmu dan teknologi, manusia perlahan kehilangan sesuatu yang paling mendasar dalam dirinya: jiwa. Sains telah membentuk dunia modern menjadi begitu rasional, terukur, dan sistematis—namun di saat yang sama, manusia semakin jauh dari suara hatinya sendiri. Pikiran menjadi raja yang memerintah segalanya, sementara jiwa yang semestinya menjadi pengendali kehidupan justru dibungkam. Kelahiran…

🌿 Revolusi Jiwa: Belajar dari Alam dan Menundukkan Pikiran

Oleh : dr. Maximus Mujur, Sp.OG 🌸 1. Manusia dan Alam: Pelajaran dari Makhluk Nonrasional Alam tidak pernah terburu-buru, namun segala sesuatu tercapai pada waktunya.Hewan dan tumbuhan hidup tanpa rencana strategis, tanpa kecemasan akan masa depan, namun selalu selaras dengan kehidupan itu sendiri. Mereka tidak cemas sebelum ancaman datang; mereka hidup di waktu kini — hadir sepenuhnya di setiap detik…

🌸 Kembali ke Jiwa: Saat Pikiran Harus Tunduk dalam Komunikasi Ibu dan Janin

Oleh : dr. Maximus Mujur, Sp.OG 1. Kritik terhadap Dominasi Pikiran Dalam dunia modern yang serba cepat dan logis, pikiran sering kali naik tahta menjadi penguasa tunggal kehidupan. Padahal, pikiran sejatinya hanyalah alat teknis—bukan sumber makna, bukan pusat kehidupan. Ia hanya tahu menghitung, menganalisis, dan menimbang, tetapi tidak tahu bagaimana mencintai, merasakan, atau menyerahkan diri. Albert Einstein sendiri pernah mengingatkan…

Kembali ke Jiwa: Kritik atas Dominasi Pikiran dan Jalan Menuju Keutuhan Diri

Oleh : dr. Maximus Mujur, Sp.OG 1. Kritik terhadap Dominasi Pikiran Manusia modern terlalu percaya pada pikirannya sendiri. Segalanya harus logis, terukur, dan bisa dijelaskan oleh data. Pikiran dijadikan raja, seolah-olah ia sumber makna dan kebenaran tertinggi. Padahal, pikiran hanyalah alat teknis, bukan pusat kehidupan. Albert Einstein pernah berkata bahwa pikiran manusia bersifat “geometris”—terbatas pada rumus dan hitungan, tidak menyentuh…

“Jika Ingin Dicintai, Cintailah”: Bahasa Jiwa antara Ibu dan Janin

Oleh : dr. Maximus Mujur, Sp.OG Dalam setiap kehamilan, cinta bukan sekadar perasaan yang lahir setelah bayi dilahirkan. Cinta itu sudah dimulai jauh sebelum janin membuka matanya. Di dalam rahim, ada dialog halus antara dua jiwa — jiwa ibu yang memberi, dan jiwa janin yang menerima, lalu membalas dalam cara yang sangat lembut. Sebagaimana hukum kasih yang sederhana namun mendalam,…

“Jika Ingin Dicintai, Cintailah — Personhood dalam Relasi Jiwa Ibu dan Jiwa Janin”

Oleh : dr. Maximus Mujur, Sp.OG Ada kalimat sederhana yang menyimpan kebijaksanaan mendalam: “Si vis amari, ama” — jika ingin dicintai, cintailah. Kalimat ini bukan sekadar nasihat moral, melainkan kunci untuk memahami hakikat terdalam dari kehidupan manusia: bahwa kita menjadi pribadi (person) karena kita berada dalam relasi cinta. Dalam kehamilan, kebenaran ini menjelma secara paling murni. Seorang ibu tidak menunggu…

Pikiran yang Berhamba kepada Jiwa

Oleh : dr. Maximus Mujur, Sp.OG Dalam kehidupan modern yang serba cepat, manusia sering memuja pikirannya sendiri. Rasionalitas dianggap sebagai puncak kesempurnaan manusia, dan kemampuan berpikir dijadikan ukuran tertinggi dari kecerdasan dan keberadaban. Namun, ketika pikiran dibiarkan berjalan tanpa arah, tanpa bimbingan dari jiwa, ia dapat berubah menjadi penguasa yang kejam. Pikiran yang seharusnya menjadi pelayan, kini bertakhta sebagai tuan…

Mengosongkan Diri untuk Menemukan Jiwa

Oleh : dr. Maximus Mujur, Sp.OG Hidup pada dasarnya adalah anugerah. Ia bukan hasil usaha manusia, bukan sesuatu yang perlu dicapai, melainkan sesuatu yang sudah diberikan — the given. Dari kehidupan itu mengalir anugerah lain: kesehatan, cinta, dan sukacita. Semuanya hadir bukan karena kita bekerja keras untuk mendapatkannya, tetapi karena kita mau membuka diri untuk menerimanya. Sayangnya, manusia modern sering…