“Dengarkan Aku, Ibu: Surat untuk Jiwa yang Sedang Mengandung Jiwa”

Oleh : dr. Maximus Mujur, Sp.OG

Aku menulis surat ini bukan untuk memberi tahu apa yang harus Ibu lakukan. Tidak juga untuk menggurui atau mengingatkan. Aku hanya ingin berbagi sesuatu yang mungkin telah lama ada dalam diri Ibu, tapi tertutup oleh begitu banyak suara dari luar.

Saat ini, ada satu jiwa yang tumbuh dalam tubuh Ibu. Ia belum bisa bicara. Ia belum bisa menyampaikan keinginannya dengan bahasa manusia. Tapi ia hidup. Ia hadir. Ia mendengarkan setiap detak jantung Ibu, merasakan setiap emosi yang Ibu lalui, dan menyimpan semua itu sebagai bahasa pertamanya—bahasa batin.

Ia tidak menuntut Ibu menjadi sempurna. Ia hanya ingin dikenali dan didengarkan. Ketika Ibu merasa lelah, ia tahu. Ketika Ibu tertawa, ia pun ikut menari. Ketika Ibu menangis dalam diam, ia belajar bahwa hidup juga punya sisi sunyi. Semua itu adalah pelajaran pertamanya tentang dunia.

Ibu mungkin sering bertanya, “Apa yang harus aku berikan untuk anakku kelak?”
Izinkan aku menjawab dengan sederhana: dengarkanlah dia, sejak sekarang.
Bukan hanya nanti, saat ia bisa berkata “Mama” atau “Aku lapar”, tapi sejak hari ini, saat ia hanya bisa berbicara lewat perasaan yang muncul dalam tubuh Ibu.

Percayalah pada rasa itu, Bu. Jangan terlalu sibuk mencari tahu apakah ini logis, benar, atau sesuai teori. Kadang, yang paling dibutuhkan anak bukan formula atau strategi pengasuhan, tapi kehadiran dan kepekaan seorang ibu yang cukup berani untuk mempercayai intuisi sendiri.

Setiap kali Ibu memeluk perut Ibu dengan lembut, setiap kali Ibu menyapanya dalam hati, setiap kali Ibu memilih makanan karena “kayaknya ini yang dia mau”, itu semua adalah bentuk komunikasi suci yang tidak bisa digantikan oleh siapa pun.

Bu, dengarkanlah jiwanya, agar kelak ia tumbuh menjadi manusia yang mampu mendengarkan jiwanya sendiri.
Karena anak yang dibesarkan dengan kehadiran batin, tidak akan tumbuh menjadi kosong. Ia akan punya kompas. Ia akan punya akar. Ia akan tahu jalan pulang—ke dalam dirinya.

Terima kasih telah menjadi rumah bagi jiwa yang akan meneruskan kehidupan.
Terima kasih telah memberi cinta, bahkan saat dunia belum melihatnya.

Dengan penuh hormat dan cinta,
Dari seseorang yang percaya pada kekuatan batin seorang ibu