Di Mana Pun Kamu Berada, Bawalah Selalu Orang Tua Bersamamu
Oleh : dr.Maximus Mujur, Sp.OG
Dalam komunikasi jiwa antara ibu dan janin, ada satu prinsip yang bekerja secara alami: jiwa janin merekam jejak kasih, nilai, dan kebiasaan hidup orang tuanya bahkan sebelum ia melihat dunia. Sejak awal kehamilan, suara hati ibu, irama napas, getaran perasaan, hingga cara ibu menghargai hidup menjadi bahasa jiwa yang diterima janin.
Ketika seorang ibu hidup dengan kecerdasan dan kebaikan hidup, janin menyerap keduanya. Kecerdasan yang dimaksud bukan hanya pengetahuan akademik, tetapi kebijaksanaan dalam mengambil keputusan, mengatur emosi, dan memahami diri. Kebaikan hidup adalah gelombang halus yang membawa rasa aman, diterima, dan dicintai—sebuah modal batin yang akan menjadi pondasi karakter anak.
Dalam proses ini, orang tua bukan sekadar pengasuh fisik, melainkan pembentuk irama jiwa. Itulah mengapa, walau kelak anak akan tumbuh dewasa dan hidup jauh, ia membawa “orang tuanya” dalam bentuk nilai-nilai yang tertanam di dalam jiwa. Nilai ini menjadi penuntun, seperti kompas batin yang mengarahkan langkahnya di dunia.
Suruhan, teguran, atau ajakan yang diberikan orang tua sejak kecil—termasuk ketika janin masih merasakan getaran kata-kata itu melalui tubuh ibu—bukanlah beban. Itu adalah tanda kepercayaan dan pintu rahmat yang akan terbuka di kemudian hari. Janin yang sejak dalam kandungan terbiasa mendengar bahasa kasih dan pesan kebaikan akan tumbuh dengan kecenderungan alami untuk menghargai orang tua, menghormati kehidupan, dan melihat setiap orang yang memberi arahan sebagai bagian dari “keluarga batin” yang membimbingnya.
Dalam bahasa komunikasi jiwa, membawa orang tua ke mana pun berarti mempertahankan sambungan batin itu sepanjang hayat. Bahkan ketika jarak memisahkan, koneksi jiwa yang dibangun sejak rahim akan tetap hidup—mengarahkan pikiran, menjaga hati, dan memberi kekuatan saat menghadapi tantangan.
UBI ES, FERAS COMITATUS SEMPER PARENTES TUOS
Di mana pun kamu berada, bawalah selalu orang tua bersamamu.
Karena itulah, sejak janin masih berdiam di rahim, ibu dan ayah sudah sedang “mengiringi” perjalanan anaknya. Dan bila komunikasi jiwa ini dijaga dengan kesadaran, anak akan membawa kehadiran orang tuanya bukan hanya dalam kenangan, tetapi dalam denyut jiwanya sendiri.