• +62 811-221-488
  • #
  • Cilaki, Bandung
artikel
Jiwa sebagai Skizo: Immanensi, Becoming, dan Komunikasi Ibu–Janin dalam Horizon Deleuzian

Jiwa sebagai Skizo: Immanensi, Becoming, dan Komunikasi Ibu–Janin dalam Horizon Deleuzian

image_pdfimage_print

Oleh : dr. Maximus Mujur, Sp.OG

Abstrak

Artikel ini mengkaji konsep jiwa dalam kerangka filsafat Gilles Deleuze—khususnya gagasan skizo, body without organs (BwO), assemblage, dan becoming—serta mengaitkannya dengan fenomena komunikasi imanen antara ibu dan janin selama kehamilan. Melalui tinjauan literatur terkini mengenai relasi maternal–fetal, ritme biologis, dan afeksi prenatal, tulisan ini berargumen bahwa kehamilan bukan sekadar peristiwa biologis atau psikologis, melainkan medan ontologis di mana jiwa-skizo beroperasi dalam assemblage ibu–janin. Dalam horizon ini, komunikasi prenatal dipahami bukan sebagai hubungan subjek–objek, melainkan sebagai becoming-with: proses timbal-balik antara dua arus kesadaran yang saling memengaruhi dan membentuk. Dengan demikian, artikel ini menawarkan kerangka konseptual baru bagi studi kehamilan dan subjektivitas prenatal, dengan implikasi terhadap metodologi kualitatif afektif, etika kelahiran, dan pendekatan interdisipliner maternal–fetal.
Kata kunci: Deleuze; skizo; jiwa; becoming; immanensi; assemblage; ibu–janin; afeksi.


1. Pendahuluan

Dalam dunia obstetri dan psikologi perkembangan, relasi ibu dan janin umumnya dipahami secara dualistik: ibu sebagai subjek, janin sebagai objek. Pendekatan ini menekankan aspek biologis dan terukur—denyut jantung, hormon, detak nadi, dan grafik ultrasonografi. Namun, pengalaman batin seorang ibu sering kali mengandung lapisan yang tak dapat dijelaskan dengan data medis: rasa kehadiran janin, intuisi terhadap kebutuhannya, bahkan resonansi emosional yang muncul tanpa kata.

Gilles Deleuze menawarkan cara pandang yang berbeda. Bagi Deleuze, jiwa bukanlah substansi tertutup, melainkan medan terbuka—skizo—yang hidup melalui intensitas, koneksi, dan transformasi tanpa henti. Dalam konteks kehamilan, perspektif ini memungkinkan kita memahami proses prenatal bukan sekadar pertumbuhan biologis, tetapi juga peristiwa ontologis: becoming-mother dan becoming-human yang saling terkait.

Artikel ini menelusuri bagaimana konsep skizo dan immanensi Deleuze dapat menyingkap dimensi terdalam komunikasi ibu–janin, di mana tubuh, afeksi, dan kesadaran berpadu dalam tarian intensitas.


2. Tinjauan Literatur Empiris

2.1 Komunikasi ibu–janin dan ritme biologis

Penelitian kontemporer menunjukkan bahwa ibu dan janin terhubung melalui sinkronisasi ritme biologis yang halus. Studi mengenai komunikasi sirkadian maternal–fetal (Bates et al., 2020) menemukan bahwa hormon kortisol, suhu tubuh, dan detak jantung ibu menciptakan “dialog biologis” dengan janin. Riset neurobiologis juga memperlihatkan bahwa nutrisi, stres, dan suasana afektif ibu secara signifikan memengaruhi perkembangan sistem saraf janin (Fitzgerald et al., 2020; Cainelli et al., 2024).

2.2 Subjektivitas kehamilan: perspektif fenomenologis

Pendekatan fenomenologis menyoroti bagaimana kehamilan mengaburkan batas identitas ibu. Pengalaman “menjadi dua tetapi satu” mengguncang pengertian klasik tentang diri. Lee (2023) menulis bahwa ibu mengalami ambiguous embodiment—ia bukan hanya tubuhnya sendiri, melainkan juga ruang bagi kehidupan lain yang turut membentuk kesadarannya.

2.3 Kesenjangan konseptual

Sebagian besar penelitian berhenti pada dimensi biologis dan psikologis, sementara dimensi ontologis dan afektif masih jarang dieksplorasi. Di sinilah Deleuze menawarkan kunci baru: memahami komunikasi prenatal bukan sebagai pertukaran sinyal, tetapi sebagai assemblage imanen—pertemuan dua kehidupan yang saling menghasilkan intensitas dan makna.


3. Kerangka Teoretik: Jiwa sebagai Skizo dalam Horizon Deleuzian

3.1 Skizo dan subjektivitas terbuka

Dalam Anti-Oedipus dan A Thousand Plateaus, Deleuze dan Guattari menolak pandangan tentang subjek yang stabil. Figur skizo melambangkan jiwa yang tidak dibatasi oleh struktur rasional, tetapi selalu bergerak melalui koneksi, detasemen, dan penciptaan baru. Jiwa skizo bukan “gila”, melainkan “terlalu hidup”—ia mengalir di antara tubuh, bahasa, dan dunia, memproduksi makna melalui intensitas.

3.2 Body Without Organs (BwO) dan Assemblage

Konsep Body without Organs (BwO) menggambarkan tubuh (atau jiwa) sebagai medan potensial tanpa fungsi tetap. Dalam kehamilan, rahim dapat dipahami sebagai BwO—ruang di mana kehidupan tidak dikendalikan oleh struktur hierarkis, melainkan oleh aliran energi dan afeksi. Sementara itu, assemblage menjelaskan cara berbagai entitas—ibu, janin, hormon, sensasi, suara, dan doa—terkoneksi membentuk satu kesatuan dinamis.

3.3 Immanensi, Becoming, dan Haecceity

Bagi Deleuze, kehidupan tidak melampaui dunia, tetapi sepenuhnya immanent: hadir di sini dan kini, terus berubah melalui becoming. Setiap detik dalam kehamilan bukan sekadar pertumbuhan biologis, melainkan haecceity—momen keberadaan unik di mana dua kehidupan beresonansi tanpa batas identitas.


4. Analisis: Kehamilan sebagai Arena Skizo-Jiwa dan Assemblage Ibu–Janin

Dalam kerangka ini, kehamilan dapat dibaca sebagai medan skizo-jiwa: dua arus kesadaran—ibu dan janin—berjumpa, beresonansi, dan bertransformasi bersama.
Ibu bukan pusat, dan janin bukan bagian yang pasif; keduanya membentuk assemblage yang saling mencipta.

Detak jantung, getaran emosi, bahkan intuisi ibu terhadap janin adalah bentuk komunikasi immanent-affective. Dalam momen ini, rahim bukan hanya ruang biologis, tetapi BwO—ruang tanpa organ yang memungkinkan kehidupan mengekspresikan dirinya secara bebas, tanpa mediasi bahasa.

Proses ini menandai becoming-mother dan becoming-human: dua jalur transformasi yang berjalan bersamaan, saling memengaruhi dalam jaringan afeksi dan makna yang tak terucap. Dengan demikian, jiwa dalam kehamilan bukan entitas tunggal, tetapi skizo-field—terbuka, cair, dan penuh kemungkinan.


5. Implikasi dan Arah Penelitian ke Depan

  1. Metodologi Kualitatif Afektif
    Studi kehamilan perlu melibatkan pendekatan naratif dan reflektif untuk meneliti intensitas afektif dan resonansi prenatal—misalnya melalui wawancara mendalam dan analisis pengalaman sensorik ibu.
  2. Riset Interdisipliner
    Integrasi antara filsafat Deleuzian, neuroafeksi, fenomenologi, dan antropologi medis dapat memperkaya pemahaman kita tentang subjektivitas prenatal dan pascakelahiran.
  3. Etika Kelahiran dan Pendampingan Kehamilan
    Dengan memahami janin sebagai aktor afektif, pendekatan etis terhadap kehamilan dapat lebih menghormati keberadaan kedua jiwa sebagai entitas yang berkomunikasi dan tumbuh bersama.
  4. Identitas dan Perkembangan Jangka Panjang
    Studi longitudinal dapat mengeksplor bagaimana pengalaman prenatal sebagai assemblage afektif mempengaruhi perkembangan emosi dan identitas anak di kemudian hari.

6. Kesimpulan

Melalui pandangan Deleuze, jiwa tidak lagi dipahami sebagai esensi statis, melainkan medan terbuka tempat kehidupan terus ber-becoming. Kehamilan—sebagai peristiwa imanen—menjadi arena tempat dua arus kesadaran berjumpa, berkomunikasi, dan mencipta makna baru.

Dengan membaca jiwa sebagai skizo, komunikasi ibu–janin bukan lagi sekadar transmisi biologis, tetapi dialog afektif yang membentuk eksistensi. Dalam tarian becoming-with ini, batas antara ibu dan janin mencair, menghadirkan kemungkinan baru bagi pemahaman tentang kehidupan, cinta, dan keberadaan itu sendiri.


Referensi Pilihan

  • Cainelli, E., et al. “The Mother–Child Interface: A Neurobiological Dialogue Between Mother and Fetus.” ScienceDirect, 2024.
  • Fitzgerald, E., et al. “Maternal Influences on Fetal Brain Development: The Role of Nutrition, Infection and Stress.” ScienceDirect, 2020.
  • Bates, K., et al. “Maternal-Fetal Circadian Communication During Pregnancy.” PMC, 2020.
  • Lee, Q. “Phenomenology of Pregnancy: How Pregnancy Ambiguates and Reaffirms a Mother’s Identity.” Critical Debates, 2023.
  • Deleuze, G. & Guattari, F. Anti-Oedipus: Capitalism and Schizophrenia. University of Minnesota Press, 1983.
  • Deleuze, G. & Guattari, F. A Thousand Plateaus: Capitalism and Schizophrenia II. University of Minnesota Press, 1987.
  • Deleuze, G. Immanence: A Life. Zone Books, 2001.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *