Krisis Keunikan dan Dominasi Pikiran
Oleh : dr. Maximus Mujur, Sp.OG
Di era modern, manusia semakin kehilangan kesadaran akan keunikan dirinya. Kehidupan dibentuk oleh standar luar: standar sosial, standar medis, standar ekonomi, bahkan standar kesuksesan yang seragam. Akibatnya, manusia lupa bahwa dirinya bukan mesin produksi, melainkan jiwa yang unik dan tak tergantikan.
Pikiran yang Mendominasi Jiwa
Penyebab utama hilangnya kesadaran keunikan adalah dominasi pikiran. Pikiran yang seharusnya berfungsi untuk kecakapan praktis—menghitung, merancang, menata—justru dipakai untuk mencari makna hidup. Padahal, makna tidak lahir dari pikiran, melainkan dari jiwa yang hidup.
Albert Einstein pernah menekankan bahwa matematika hanya memiliki kepastian di ranah geometris, namun tidak pernah mampu memberi makna kehidupan. Ketika manusia mencoba menjadikan logika matematis sebagai tolok ukur hidup, ia kehilangan kebijaksanaan intuitif yang sebetulnya menjadi inti dari keberadaan.
Relasi Keunikan dengan Kesehatan
Kesehatan sejati lahir dari kesadaran akan keunikan jiwa. Hewan dan tumbuhan menunjukkan hal ini secara alami:
- Seekor rusa tahu makanan yang cocok untuknya tanpa perlu standar gizi buatan.
- Sebatang pohon kelapa tetap menjadi kelapa, tidak pernah memaksa diri menjadi jati.
Demikian pula, komunitas manusia yang menjaga keunikan anggotanya lebih sehat secara alami. Contoh nyata dapat dilihat pada kelompok-kelompok sederhana seperti SKK, yang hidup lebih organik, selaras dengan tradisi, dan menekankan hubungan manusiawi.
Sebaliknya, manusia yang hidup hanya berdasarkan konstruksi medis dan sosial sering kehilangan keseimbangan. Standar kesehatan modern memang memperpanjang umur, tetapi belum tentu meningkatkan kualitas hidup batin.
Kualitas Hidup vs Kuantitas Hidup
Perbedaan mendasar muncul di sini:
- Kuantitas hidup menekankan seberapa panjang umur dapat diperpanjang.
- Kualitas hidup menekankan seberapa dalam hidup dijalani dengan makna.
Saat ini, kualitas hidup manusia cenderung menurun. Hidup menjadi rumit oleh dominasi pikiran, tekanan sosial, dan hilangnya kesadaran unik. Orang semakin panjang umur, tetapi tidak selalu lebih bahagia.
Refleksi dari Awal Kehidupan
Kesadaran ini mengajak kita kembali merenung ke awal kehidupan: masa kehamilan.
- Sejak dalam kandungan, manusia sudah menerima anugerah kualitas hidup: tubuh yang tumbuh sempurna, jiwa yang murni, dan energi kasih dari ibu.
- Tugas utama manusia bukanlah menciptakan kualitas hidup dari nol, melainkan menjaga anugerah itu agar tidak rusak oleh dominasi pikiran dan standar luar.
Janin mengajarkan hal sederhana: ia tumbuh bukan dengan pikiran, melainkan dengan keunikan, kasih, dan keselarasan alami. Bila ibu peka mendengarkan pesan janinnya, ia belajar kembali bagaimana kualitas hidup sebenarnya lahir—dari kesadaran akan keunikan yang sudah sempurna sejak awal.
Penutup
Krisis keunikan dan dominasi pikiran bukan sekadar persoalan modernitas, tetapi krisis spiritual manusia. Untuk mengatasinya, kita perlu kembali pada sumber: mendengarkan jiwa, merawat keunikan, dan menjaga anugerah kualitas hidup yang sudah ada sejak rahim. Dengan begitu, kesehatan sejati bukan hanya perpanjangan umur, tetapi kehidupan yang penuh makna, alami, dan tahan lama.