• +62 811-221-488
  • #
  • Cilaki, Bandung
artikel
Lex Vivendi: Iman yang Hidup dalam Rahim Seorang Ibu

Lex Vivendi: Iman yang Hidup dalam Rahim Seorang Ibu

image_pdfimage_print

Saat Jiwa Ibu dan Janin Berbicara dalam Kasih dan Keheningan

Oleh : dr. Maximus Mujur, Sp.OG


Setiap kehamilan bukan hanya proses biologis, melainkan juga perjalanan spiritual yang dalam dan personal. Di balik detak jantung janin dan perubahan tubuh sang ibu, sesungguhnya sedang berlangsung komunikasi jiwa—diam-diam, namun nyata dan penuh makna.

Dalam terang iman, kita mengenal tiga prinsip yang membentuk spiritualitas manusia:

  • Lex Credendi – apa yang kita percayai, ajaran yang membentuk keyakinan kita,
  • Lex Orandi – bagaimana kita merayakan iman melalui doa dan ibadah,
  • dan yang terpenting dalam kehamilan:
    Lex Vivendi – bagaimana kita menghidupi iman itu setiap hari, dalam tindakan, sikap, dan suasana batin.

Jiwa Janin Merasakan Bukan Mendengar

Seorang janin belum memahami kata-kata, belum bisa diajak berbicara secara logis. Tapi sejak dini, ia menangkap getaran emosi ibunya, menyerap energi spiritual yang mengelilinginya, dan merespons suasana hati yang membentuk dunianya.

Dalam rahim, jiwa sang janin menerima cinta bukan lewat doktrin, tapi lewat:

  • ketenangan hati ibunya,
  • sikap penuh syukur saat menanti,
  • dan kasih sayang yang dipancarkan dari batin terdalam.

Di sinilah Lex Vivendi menemukan bentuknya yang paling murni:
iman yang menjadi hidup, bukan sekadar doa yang diucapkan, melainkan kasih yang dirasakan.


Ketika Ibu Menjadi Rumah Tuhan

Selama kehamilan, tubuh ibu adalah tempat tinggal dua jiwa, dan karena itu menjadi ruang spiritual yang sangat kudus. Tubuh ibu tidak hanya menjadi sarana kehidupan biologis, tapi juga tempat Roh Ilahi berkarya dalam keheningan.

Ibu menjadi imam pertama bagi anaknya. Ia tidak memimpin misa atau khutbah, tapi setiap geraknya—dari makan dengan kesadaran, istirahat dengan tenang, hingga berbicara lembut kepada bayinya—adalah liturgi kasih yang paling sakral.

Dan ketika ibu berserah kepada Tuhan, meskipun diliputi kelelahan, ketakutan, atau harapan, di situlah ia sedang mewujudkan Lex Vivendi—iman yang berjalan, iman yang hadir, iman yang hidup.


Menakar Iman dari Buah yang Terasa

Seringkali kita mengukur iman dari seberapa sering berdoa, mengikuti ibadah, atau membaca kitab suci. Namun selama kehamilan, tolok ukur iman justru menjadi lebih dalam dan personal.

Apakah ada:

  • Kasih dalam cara ibu memperlakukan tubuh dan jiwanya?
  • Sukacita dalam menyambut hari baru meski tubuh tak nyaman?
  • Kesabaran saat menghadapi rasa mual, takut, atau perubahan suasana hati?
  • Penguasaan diri saat emosi naik turun tak menentu?

Inilah buah-buah iman yang menjadi nyata. Janin tak akan tahu ibunya beragama apa, tapi ia akan merasakan damai atau gelisah, kasih atau kemarahan, ketenangan atau ketakutan.


Komunikasi Jiwa: Ibu dan Janin dalam Satu Irama Roh

Ibu dan janin bukan dua entitas yang terpisah. Jiwa mereka beresonansi. Apa yang dirasakan ibu, sebagian besar juga dirasakan janin. Maka, komunikasi yang terjadi dalam kehamilan bukan komunikasi pikiran, tetapi komunikasi jiwa.

Ketika ibu bersyukur dan merawat hidup yang ada dalam dirinya, janin belajar bahwa dunia ini bisa menjadi tempat yang aman dan penuh cinta.
Ketika ibu merangkul kelelahan dengan sabar, janin belajar bahwa hidup itu layak dijalani.
Ketika ibu menyanyikan lagu doa dengan suara lirih, janin belajar bahwa suara cinta adalah suara Tuhan.


Iman yang Hidup Melalui Setiap Hari Kehamilan

Lex Vivendi tidak mengharuskan kita sempurna. Ia hanya mengundang kita untuk hadir penuh kesadaran dan kasih dalam setiap detik hidup. Terutama dalam kehamilan, saat dua jiwa sedang berjalan bersama—belajar, menyembuhkan, dan saling membentuk.

Setiap kali ibu menenangkan diri, ia bukan hanya menolong dirinya, tapi juga menanam ketenangan dalam jiwa anaknya.
Setiap kali ibu menatap langit dan berbisik, “Terima kasih Tuhan atas hari ini,” ia sedang mengajar anaknya bersyukur bahkan sebelum ia lahir.


Penutup: Ibu, Engkaulah Doa yang Hidup

Kehamilan adalah ziarah jiwa yang mendalam. Dan seorang ibu adalah peziarah yang sedang menjadi perwujudan kasih Tuhan di dunia. Ia tidak hanya membawa kehidupan—ia sedang menjadi kehidupan itu sendiri.

Ibu tak perlu sempurna, hanya perlu hadir sepenuh hati.
Karena dari hadirmu, anakmu belajar mengenal damai.
Dari jiwamu yang hidup, ia belajar mengenal Tuhan bahkan sebelum matanya melihat cahaya dunia.

Inilah Lex Vivendi—iman yang tidak hanya diimani atau dirayakan, tetapi sungguh-sungguh dihidupi.
Di dalam rahimmu, iman itu sedang bernyawa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *