Mutilasi Jiwa dalam Kehamilan: Ancaman yang Tak Disadari

Oleh : dr. Maximus Mujur, Sp.OG

Ketika mendengar kata mutilasi, pikiran kita langsung tertuju pada sesuatu yang menakutkan: tubuh yang terpotong, kehilangan bagian penting dari dirinya. Namun, tanpa kita sadari, ada bentuk mutilasi lain yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari: mutilasi jiwa.

Bagi seorang ibu hamil, mutilasi jiwa ini bisa hadir dalam bentuk kegelisahan berlebihan, amarah yang dipendam, rasa takut yang terus menghantui, atau kehilangan harapan. Semua itu seolah-olah “memotong” bagian lembut dari jiwa ibu, hingga komunikasi halus dengan janin menjadi terputus.


Ketika Jiwa Ibu Terbelah

Janin bukan hanya menerima nutrisi dari tubuh ibu, tetapi juga dari getaran jiwanya. Saat seorang ibu dipenuhi ketenangan, doa, dan kasih sayang, janin merasakannya sebagai aliran energi yang menenangkan. Sebaliknya, ketika jiwa ibu tercerai-berai oleh stres atau kecemasan, janin pun ikut merasakan “mutilasi” halus itu—seperti kehilangan pelukan batin yang ia butuhkan untuk bertumbuh.

Inilah amputasi yang jarang disadari: bukan amputasi fisik, melainkan amputasi rasa cinta, amputasi doa, amputasi kesadaran akan kehadiran janin.


Menjaga Keutuhan Jiwa

Keutuhan jiwa ibu adalah hadiah terbesar bagi janin. Menjaga agar tidak terjadi “mutilasi batin” berarti:

  • Membiarkan hati tetap lembut meski penuh tantangan.
  • Mengisi diri dengan doa dan syukur, sehingga janin belajar mengenal ketenangan sejak dalam rahim.
  • Mendengarkan suara janin melalui intuisi, karena setiap gerakan kecil adalah bahasa jiwa yang ingin menyapa.
  • Menghidupkan kasih dalam keluarga, agar janin tumbuh dalam atmosfir cinta, bukan dalam ketakutan.

Cahaya Keutuhan

Ketika ibu merawat tubuh dengan baik dan menjaga jiwa tetap utuh, komunikasi batin dengan janin menjadi lebih jelas. Janin merasa hadir dalam sebuah rumah yang penuh cahaya—bukan rumah yang terpotong-potong oleh mutilasi rasa takut.

Kehamilan bukan sekadar proses biologis, melainkan perjalanan spiritual. Janin adalah jiwa yang sedang belajar melalui jiwa ibunya. Bila ibu utuh, janin pun tumbuh utuh. Bila ibu tercerai-berai, janin pun merasakan kehilangan keutuhan itu.


Penutup

Mutilasi jiwa dalam kehamilan bisa datang diam-diam: lewat stres, ketidakpedulian, atau hilangnya doa. Namun, setiap ibu memiliki kuasa untuk mencegahnya. Dengan menjaga hati tetap utuh, tubuh tetap sehat, dan cinta tetap mengalir, komunikasi jiwa ibu dan janin akan terus terhubung.

Inilah cara sederhana namun mendalam untuk menolak mutilasi jiwa: hadir sepenuhnya bagi diri sendiri, dan sepenuhnya bagi jiwa yang sedang tumbuh dalam rahim.