Suara Anak, Cermin Jiwa Orangtua
Oleh dr. Maximus Mujur, Sp.OG
Selamat pagi papi&mami
Aku hadir mewakili putra/i anda
Merindukan tersenyumnya papi&mami
Menyambut hari baru bersama SKK 😁😁😁💐🌹🍇Profesi orangtua, profesi alam
Hadir karena kecerdasan hati
Tuhan ciptakan lewat kisah Hawa & Adam
Taatlah pada IMAN dan KASIH 🌷🩷💐🌸🩷Orangtua pengasuh anak Allah
Bukan pemilik anak sendiri
Dampingi dengan kasih & sukacita
Jangan memperlakukan seenaknya sendiri 🙏🙏🙏🙏🙏💐🌹🌸Peran orangtua hadir sejak dini
Sejak sadar berbadan dua
Karakter manusia bertumbuh dalam kasih
Karenanya gizi diberikan dengan sukacinta 🩷🩷🩷🫰🫰Orangtua sadar, janin UTUH
Orangtua merawat sepanjang hari
Tidak saja nasi, kasih pun butuh
Sedang dokter, hanya untuk berdiskusi 😁😃🫰💚🩵Karakter Ilahi ada pada JIWA
Karakter hebat tanggung jawab orangtua
Orangtua hadir karena jatuh hati
Karakter Ilahi melejit karena KASIH 🩷🫰🩵🫰💚🫰🥀🥀Wahai papi & mami tersayang
Ini jeritan kami yg butuh kasih sayang
Mengapa ketika jemput kami dengan kasih
Ke mana kasih itu kami cari????? 😭😭😭😭😭
Membaca Suara Tanpa Suara
Puisi di atas bukan sekadar susunan kata indah. Ia adalah gema dari jiwa-jiwa kecil yang mungkin belum mampu berbicara, tapi sudah mengirimkan pesan yang dalam. Ia mengetuk pintu hati siapa pun yang menyandang peran sebagai ayah dan ibu. Sebab menjadi orangtua bukan hanya perkara membesarkan anak, tetapi perkara menumbuhkan jiwa—dengan cinta yang konsisten.
Profesi Orangtua: Panggilan yang Alamiah dan Ilahi
Menjadi orangtua bukan sekadar kodrat biologis. Dalam puisi ini disampaikan bahwa profesi sebagai orangtua adalah “profesi alam”—artinya panggilan yang melekat dalam fitrah manusia. Namun lebih dari itu, ia juga adalah profesi hati—yang menuntut kecerdasan spiritual, kelembutan batin, dan ketekunan mencintai.
Peringatan penting ditegaskan:
“Orangtua pengasuh anak Allah / Bukan pemilik anak sendiri.”
Anak adalah amanah. Mereka bukan properti yang bisa diperlakukan semena-mena, melainkan pribadi yang harus didampingi dalam kasih dan sukacita.
Kasih Dimulai Sejak Kandungan
Peran orangtua sejati sudah dimulai bahkan sebelum anak lahir, yaitu sejak ibu sadar sedang berbadan dua. Sejak saat itu, setiap kata, perasaan, dan perlakuan menjadi bagian dari nutrisi jiwa anak. Gizi bukan hanya untuk tubuh, tapi juga untuk hati.
“Karakter manusia bertumbuh dalam kasih / Karenanya gizi diberikan dengan sukacinta.”
Dokter Menemani, Orangtua Menjadi Sentral
Satu bait menarik membalik persepsi umum:
“Sedang dokter, hanya untuk berdiskusi.”
Ini adalah pengingat bahwa tanggung jawab utama dalam pertumbuhan anak ada pada orangtua. Dokter, guru, dan pihak lain hanyalah mitra. Yang paling penting adalah kesadaran dan kehadiran orangtua itu sendiri, sepanjang hari, sepanjang usia.
Karakter Ilahi Melejit dalam Kasih
Dalam bait yang tajam, ditekankan bahwa nilai-nilai luhur tidak muncul dengan sendirinya. Mereka perlu ditanam, disiram, dan disinari dengan kasih.
“Karakter Ilahi ada pada JIWA / Karakter hebat tanggung jawab orangtua.”
Anak tidak cukup hanya “dibesarkan”, tetapi perlu “ditemani tumbuh” dengan penuh cinta dan keteladanan.
Penutup: Jangan Biarkan Anak Mencari Kasih di Tempat Lain
Puisi ditutup dengan pertanyaan paling menyayat:
“Ke mana kasih itu kami cari?”
Apakah kasih hanya muncul di awal kelahiran, lalu perlahan menghilang seiring rutinitas dan tekanan hidup? Atau apakah kasih tetap hadir, bertumbuh bersama anak, tak tergantikan oleh apa pun?
Inilah cermin bagi kita semua. Sebab ketika anak tidak menemukan kasih di rumahnya sendiri, maka ia akan mencarinya di luar, dengan cara dan arah yang tak selalu bisa kita kendalikan.
Jangan sampai kasih yang seharusnya menjadi makanan utama jiwa anak, justru menjadi sesuatu yang harus mereka cari di tempat lain.