Personhood dalam Relasi: Kehamilan dalam Cermin 20 Budaya Nusantara
Oleh : dr.Maximus Mujur, Sp.OG
Kehamilan sebagai Peristiwa Relasional
Kehamilan adalah ruang sakral di mana kehidupan baru tumbuh dalam keheningan rahim, diselimuti kasih dan doa.
Di banyak budaya Indonesia, janin tidak pernah dipandang sekadar “calon manusia”. Ia telah hadir—dikenal, disapa, dan dikasihi—sebagai bagian dari jalinan hidup keluarga, masyarakat, dan Sang Ilahi.
Di sanalah personhood—kepribadian manusia—dilihat bukan sebagai status biologis, melainkan sebagai hubungan yang hidup: antara ibu dan anak, antara manusia dan alam, antara tubuh dan roh.
Wajah-Wajah Kasih dari 20 Budaya Nusantara
1. Jawa – “Titah Gusti” yang disambut dengan syukur
Dalam mitoni, air dan doa menjadi lambang penyambutan kehidupan yang dikirimkan oleh Tuhan. Janin sudah dianggap sebagai “tamu ilahi” yang membawa rahmat bagi keluarga.
2. Sunda – Keheningan yang menumbuhkan kebaikan (kahadean)
Ibu menjaga tutur, pikiran, dan rasa karena setiap gelombang hatinya dipercayai sampai pada si kecil di rahimnya. Kasih menjadi bahasa pertama yang mereka pahami bersama.
3. Bali – Roh yang menjelma dalam dunia manusia
Bagi umat Hindu Bali, janin adalah atman yang kembali ke dunia. Ibu membersihkan diri lahir batin agar sang jiwa baru tumbuh dalam keseimbangan semesta.
4. Batak – “Darah dan Daging” yang menyatu dalam marga
Anak sudah menjadi bagian dari marga, bahkan sebelum lahir. Kehamilan bukan milik pribadi ibu, tetapi anugerah seluruh keluarga besar yang berdoa bersama.
5. Minangkabau – Garis kehidupan yang meneguhkan perempuan
Dalam masyarakat matrilineal, kelahiran anak memperkuat mata rantai keluarga. Kehamilan dijaga dengan penuh kehormatan sebagai peristiwa perempuan yang suci.
6. Bugis – Martabat dan kehormatan keluarga
Kehamilan dirawat dengan kesopanan dan doa agar membawa nama baik bagi keluarga. Ibu hamil dijaga dari ucapan atau perasaan yang bisa “melukai” harmoni batin.
7. Makassar – Gotong royong menjaga kehidupan baru
Seluruh komunitas turut menyokong kehamilan. Setiap kelahiran dianggap memperluas lingkaran kasih dan tanggung jawab bersama.
8. Toraja – Simbol kelahiran dan perjalanan jiwa
Ibu mengandung dengan kesadaran bahwa hidup ini terhubung dengan arwah leluhur. Setiap napas janin adalah doa yang mengikat masa lalu dan masa depan.
9. Minahasa – Doa syukur dan kehangatan komunitas
Kehamilan disambut dengan mapalus, kerja sama penuh kasih. Janin sudah dianggap bagian dari keluarga iman, didoakan sejak awal.
10. Dayak – Alam sebagai pelindung kehidupan
Ibu menyatu dengan hutan, air, dan roh pelindung. Janin dianggap bagian dari tatanan kosmis; kehidupan tidak lahir sendirian, tetapi bersama alam semesta.
11. Madura – Kesantunan dan penjagaan martabat ibu
Kehidupan di rahim dihormati lewat doa-doa sederhana dan pantangan yang penuh makna. Bahasa lembut menjadi cara merawat jiwa ibu dan anak.
12. Aceh – Iman dan adat yang saling melindungi
Kehamilan dilingkupi zikir dan syukur. Ibu menjaga kesucian lahir batin karena percaya: setiap degup janin adalah pujian bagi Sang Khalik.
13. Betawi – Selamatan dan canda keluarga
Ritual sederhana, doa bersama, dan keceriaan rumah tangga menjadi ruang tempat janin tumbuh dalam rasa aman dan diterima.
14. Flores – Doa dan iman yang membumi
Keluarga berkumpul dalam syukur; imam atau tetua adat memimpin doa bagi ibu dan anak yang sedang dikandung. Janin sudah “mendapat nama di hadapan Tuhan”.
15. Sasak – Keseimbangan adat dan iman Islam
Ibu hamil menjaga hati agar tetap teduh, karena janin diyakini menyerap segala rasa ibunya. Setiap kelahiran adalah tanda kehadiran Tuhan di tengah keluarga.
16. Bima dan Sumbawa – Keluarga besar yang saling menopang
Kehamilan bukan rahasia, melainkan kabar bahagia. Tetangga dan kerabat datang membantu; kasih sayang sosial menjadi bagian dari proses tumbuh kembang janin.
17. Maluku – Kehidupan baru sebagai berkat laut dan tanah
Komunitas berdoa di gereja atau masjid, bersyukur atas rahmat kehidupan. Ibu tidak pernah sendirian; seluruh negeri menyambut kelahiran.
18. Papua – Anak sebagai tanda kehadiran roh nenek moyang
Ibu dihormati sebagai pembawa kehidupan; doa dan tarian menjadi bentuk penyertaan roh leluhur yang menjaga keduanya.
19. Melayu – Kesopanan dan doa keluarga
Kehamilan dijaga dalam suasana tenang, dengan ayat suci dan doa lembut. Janin diyakini mendengar zikir dan ikut damai bersama ibunya.
20. Palembang – Kelahiran sebagai anugerah agung
Upacara syukur diadakan dengan musik, makanan, dan doa; kehidupan baru dilihat sebagai tanda kesejahteraan dan kasih Tuhan atas keluarga.
Dari Kearifan ke Pendampingan
Dua puluh wajah budaya ini memperlihatkan satu kebenaran yang sama: kehidupan manusia selalu lahir dalam relasi. Janin adalah pribadi yang sudah hidup di tengah kasih dan perhatian banyak pihak.
Pemahaman ini menuntun kita untuk menata kembali cara mendampingi kehamilan—bukan hanya sebagai tugas medis, melainkan sebagai tindakan kemanusiaan dan spiritualitas cinta.
1. Pendampingan yang Menyentuh Hati
Setiap pertemuan dengan ibu hamil adalah perjumpaan dengan dua jiwa yang sedang berkomunikasi. Tenaga medis dan pendamping diajak hadir bukan sekadar memberi obat, tetapi menghadirkan keteduhan, mendengarkan dengan empati, dan membangun rasa percaya.
2. Menghormati Kearifan Lokal
Setiap adat dan tradisi mengandung kebijaksanaan batin yang membantu ibu merasa tenang dan diterima. Selama tidak bertentangan dengan keselamatan medis, praktik-praktik itu sebaiknya dihargai sebagai bagian dari penyembuhan jiwa.
3. Keterlibatan Keluarga dan Komunitas
Kehamilan bukan urusan seorang ibu saja. Suami, keluarga, dan masyarakat memiliki peran penting dalam membangun suasana kasih. Pendampingan yang melibatkan mereka akan memperkuat kesejahteraan emosional ibu dan janin.
4. Pendekatan Spiritual dan Emosional
Setiap doa, bacaan Kitab Suci, atau ritual syukur memberi ruang bagi ibu untuk menyadari kehadiran Tuhan dalam rahimnya. Inilah dimensi rohani dari Amoris Laetitia—kehidupan yang dikandung adalah “tanda kasih Allah yang tak pernah berhenti mencipta.”
Penutup
Kehamilan, dalam pandangan budaya-budaya besar Indonesia, adalah misteri kasih yang menghubungkan bumi dan surga.
Janin hidup bukan sendirian, melainkan dalam jalinan kasih ibu, keluarga, leluhur, dan Tuhan.
Pendampingan kehamilan yang sejati adalah seni menemani kehidupan dalam seluruh keindahannya: tubuh yang berubah, jiwa yang berdoa, dan cinta yang perlahan menjelma menjadi seorang pribadi.