
Repetitio dalam Komunikasi Jiwa Ibu dan Janin
Oleh : dr. Maximus Mujur, Sp.OG
Orang Latin pernah berkata: “Repetitio est mater studiorum” – pengulangan adalah ibu kandung kecerdasan. Bila diperluas, pengulangan juga bisa disebut sebagai ibu kandung kehidupan: “Repetitio est mater vitae.”
Dalam konteks kehamilan, ungkapan ini menemukan makna yang indah. Sejak dalam kandungan, janin belum bisa berbicara dengan kata-kata. Ia hanya bisa menyampaikan kebutuhannya melalui intuisi, perasaan, dan pancaindra ibu.
Janin dan Bahasa Intuisi
Seringkali seorang ibu tiba-tiba merasa “tahu” apa yang dibutuhkan bayinya dalam kandungan. Ada dorongan untuk makan sesuatu, beristirahat, atau bahkan membaca doa tertentu. Itu bukan sekadar kebetulan, melainkan komunikasi intuitif janin.
Ketika ibu terus mengulang kepekaan ini, lama-kelamaan ia menjadi semakin peka terhadap “bisikan lembut” janinnya. Inilah bentuk repetitio yang melatih kedalaman intuisi seorang ibu.
Perasaan Ibu sebagai Jembatan Jiwa
Janin menggunakan perasaan ibu untuk menyampaikan pesan. Saat ibu cemas, janin bisa lebih gelisah; saat ibu tenang, janin pun ikut tenang. Jika ibu terus-menerus mengulang latihan menenangkan diri – lewat doa, napas dalam, atau ucapan syukur – janin belajar merasakan stabilitas emosi.
Pengulangan ini menjadi pondasi batin bagi anak kelak: ia lahir dengan jiwa yang telah berulang kali merasakan damainya kasih sayang.
Pancaindra sebagai Media Pesan
Gerakan kecil dalam rahim, rasa mual yang muncul, atau bahkan ngidam yang unik, sering menjadi kode janin untuk menyampaikan kebutuhan. Misalnya, gerakan aktif setelah mendengar musik lembut atau doa yang diulang setiap malam adalah tanda bahwa janin merespons.
Setiap kali ibu mengulang pengalaman ini dengan penuh kesadaran, hubungan jiwa dengan janin semakin kuat. Seakan-akan janin belajar: “Inilah suara yang membuatku aman. Inilah sentuhan yang membuatku nyaman.”
Repetitio Est Mater Vitae
Dengan demikian, pengulangan bukanlah sekadar rutinitas. Ia adalah jembatan komunikasi jiwa. Doa yang diulang, kasih sayang yang diulang, kesederhanaan hidup yang diulang, bahkan kepekaan mendengar tanda-tanda janin yang diulang – semuanya menegaskan bahwa pengulangan adalah ibu kandung kehidupan.
Janin belajar hidup melalui ritme pengulangan yang dibangun ibunya. Dan ibu menemukan kebahagiaan melalui resonansi jiwa yang terus-menerus diperbarui bersama janinnya.