• +62 811-221-488
  • #
  • Cilaki, Bandung
artikel
Taat pada Allah: Bahasa Jiwa dalam Membagi Kasih

Taat pada Allah: Bahasa Jiwa dalam Membagi Kasih

image_pdfimage_print

Oleh : dr. Maximus Mujur, Sp.OG

Komunikasi jiwa adalah percakapan terdalam yang tidak selalu terucap, namun bisa dirasakan lewat kehadiran, sikap, dan tindakan. Dalam terang iman, komunikasi jiwa dengan Allah menemukan puncaknya dalam ketaatan. Tetapi ketaatan sejati bukanlah kaku dalam aturan, melainkan kesediaan untuk menjadi saluran kasih Allah yang mengalir pada sesama.

Taat yang Menyentuh Jiwa

Ketaatan sejati bukan sekadar perbuatan lahiriah. Ia adalah resonansi jiwa dengan kehendak Allah. Saat jiwa manusia menyatu dengan sumber kasih, maka setiap pilihan hidupnya menjadi gema dari kasih itu. Inilah bentuk komunikasi jiwa: Allah berbicara dalam batin, dan manusia menanggapi-Nya dengan kasih yang diwujudkan dalam tindakan nyata.

Kasih Sebagai Bahasa Jiwa

Kasih adalah bahasa universal jiwa. Kata-kata bisa menipu, simbol bisa kosong, tetapi kasih tidak pernah gagal menyentuh. Membagi kasih berarti membuka jalan komunikasi yang terdalam, karena jiwa hanya bisa dimengerti sepenuhnya lewat kasih.

  • Dalam keluarga, kasih berbicara lewat perhatian, kesabaran, dan pengertian.
  • Dalam persahabatan dan kerja, kasih berkomunikasi lewat saling dukung, jujur, dan setia.
  • Dalam masyarakat, kasih berbunyi lewat solidaritas, keadilan, dan keberpihakan pada yang lemah.
  • Bahkan di dunia maya, kasih bisa menjadi bahasa jiwa yang menyebarkan kedamaian, bukan kebencian.

Taat = Membagi Kasih, Bahasa Jiwa yang Menghidupkan

Setiap kali manusia taat pada Allah dengan memilih mengasihi, ia sedang melakukan komunikasi jiwa yang mendalam. Ia tidak hanya berhubungan dengan Allah, tetapi juga dengan jiwa-jiwa lain di sekitarnya.

Ketaatan adalah jembatan; kasih adalah bahasanya. Dari situ, komunikasi jiwa menjadi nyata: jiwa manusia menyatu dengan Allah yang adalah Kasih, dan kasih itu mengalir untuk menyapa jiwa sesamanya.

Penutup

Taat kepada Allah bukan sekadar patuh pada aturan, melainkan hidup dalam bahasa jiwa yang bernama kasih. Ketaatan yang mengalir dalam kasih akan selalu menghidupkan, memperdamaikan, dan mempersatukan.

Maka, mari kita jadikan ketaatan pada Allah sebagai komunikasi jiwa yang tak henti-hentinya membagikan kasih—tanpa syarat, tanpa batas, dan tanpa menunggu balasan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *