
“Untuk Ayah dan Ibu yang Sedang Mengandung Masa Depan”
Oleh : dr. Maximus Mujur, Sp.OG
Untuk kalian berdua—pasangan yang kini tengah menanti,
yang hatinya telah terbagi dua: satu untuk dunia, satu lagi untuk jiwa yang tumbuh di dalam rahim…
Aku menulis bukan untuk memberi petunjuk,
melainkan untuk mengingatkan sesuatu yang mungkin telah kalian tahu, tapi sempat dilupakan oleh kesibukan:
Bahwa kalian bukan hanya sedang menanti bayi.
Kalian sedang menyambut jiwa yang ingin dikenali.
Ia tidak datang sebagai lembar kosong.
Ia datang membawa benih keunikan, arah, bahkan suara yang belum bisa dieja oleh mulut manusia.
Dan tugas kalian berdua—bukan untuk mengisinya, bukan untuk membentuknya menjadi “anak yang ideal”—
melainkan untuk menjadi rumah yang mendengarkan.
Ibu, tubuhmu kini menjadi taman tempat jiwa itu tumbuh.
Bukan hanya dalam bentuk, tapi dalam rasa.
Dalam setiap detak jantungmu, dalam setiap bisik emosi yang kau rasakan,
ada pesan-pesan kecil dari ia yang belum bernama.
Jika kau gelisah, ia tahu. Jika kau damai, ia ikut tenang.
Ayah, mungkin kau tidak bisa merasakannya secara langsung.
Tapi jangan pernah ragu—kehadiranmu sangat berarti.
Bukan hanya bagi ibu, tetapi bagi janin yang bisa merasakan,
bagaimana cintamu meneduhkan semesta kecil tempat ia sedang berdiam.
Ketika kau menjaga ibunya, kau sedang membentuk dasar rasa aman bagi anakmu.
Percayalah, anak tidak hanya butuh nutrisi dan baju hangat.
Ia butuh dikenal jiwanya.
Dan cara terbaik untuk mengenalnya adalah dengan diam dan mendengarkan,
bukan pada apa yang dunia katakan,
tapi pada apa yang kalian berdua rasakan saat menyentuh perut itu dengan lembut,
saat berbicara meski tak ada jawaban,
saat percaya bahwa cinta tidak selalu perlu kata.
Kalian kini bukan sekadar suami dan istri.
Kalian telah menjadi pelindung awal dari jiwa yang akan tumbuh menjadi manusia.
Biarkan anak itu datang ke dunia bukan sebagai proyek,
tapi sebagai tamu yang disambut dengan kepekaan dan kasih.
Biarkan ia tahu, sejak dalam kandungan,
bahwa kedua orang tuanya bersedia menjadi tempat pulang,
bahkan sebelum ia bisa melangkah.
Terima kasih telah menjadi rumah pertama bagi masa depan.
Terima kasih telah saling menjaga, agar suara batin anak kalian tidak padam sebelum sempat bersinar.
Dengan harapan dan penghormatan,
Dari seseorang yang percaya bahwa keluarga dimulai dari jiwa, bukan dari kelahiran.