
🌺 Dalam Sunyi, Jiwa Itu Bicara 🌺
Kesaksian Seorang Penjaga Kehidupan
Oleh: dr. Maximus Mujur, Sp.OG
Tiga dekade kutatap cahaya,
Di balik rahim yang sunyi bersuara.
Jiwa kecil bukan hanya nyata,
Ia yang mengubah, bukan hanya dijaga.
Bukan kata, bukan jerit, bukan teriakan,
Tapi gerak halus penuh makna.
Janin bicara lewat keheningan,
Dan aku belajar mendengarnya dengan jiwa.
Angin pagi menyentuh pelupuk rasa,
Mentari datang menyalami jiwa.
Ibu dan janin menari bersama,
Dalam cinta yang tak terlihat mata.
Stetoskop tak selalu mampu dengar,
Apa yang jiwa janin ingin bicara.
Kadang dokter pun harus sadar,
Bahwa cinta lebih kuat dari angka.
Tak perlu alat serba canggih,
Jika ruang batin tetap kering.
Yang dibutuhkan adalah ruang hening,
Agar jiwa ibu dan janin saling terhubung.
Dulu klinik tempat ukur dan timbang,
Kini jadi altar jiwa berkembang.
Setiap kontrol bukan hanya hitung dan pandang,
Tapi mendengar jiwa yang sedang bimbang.
Sentuhan lembut penuh rasa,
Gerak janin pun jadi bahasa.
Tak tampak tapi sungguh terasa,
Ada kasih yang sedang menjelma.
Langkahku bukan hanya ilmiah,
Tapi ziarah di tiap denyut jiwa.
Sebagai dokter yang terus percaya:
Jiwa kecil pun punya suara.
Wahai bidan, dokter, dan semua penjaga,
Jangan hanya dengar yang terdengar saja.
Ada jiwa kecil yang juga bicara,
Lewat rasa yang tak dijelaskan logika.
Bukan proyek klinis yang kutapaki,
Tapi perjalanan sunyi di tiap pagi.
Kehamilan bukan sekadar menanti,
Tapi perjumpaan jiwa menuju nurani.
Setiap rahim bukan sekadar ruang,
Tapi taman jiwa yang sedang tumbuh terang.
Setiap janin bukan cuma tubuh yang datang,
Tapi cahaya kehidupan yang sedang pulang.