• +62 811-221-488
  • #
  • Cilaki, Bandung
artikel
🌿 Ngidam: Bahasa Jiwa Janin yang Mengundang Interaksi

🌿 Ngidam: Bahasa Jiwa Janin yang Mengundang Interaksi

image_pdfimage_print

Oleh: dr. Maximus Mujur, Sp.OG

Sering kali kita memahami ngidam hanya sebagai gejala fisik yang aneh dan kadang menyulitkan—ingin makan sesuatu yang tak masuk akal, menangis karena hal sepele, atau tiba-tiba ingin mengganti warna cat kamar. Padahal, di balik fenomena ini tersembunyi bahasa jiwa janin yang sedang berusaha berkomunikasi dengan ibunya.


🕊️ Jiwa Janin yang Mengajak Berinteraksi

Sejak awal kehidupan di dalam rahim, janin bukan sekadar kumpulan sel yang tumbuh, tetapi jiwa yang hidup dan berinteraksi. Ia memiliki cara halus untuk “mengundang” ayah dan ibu agar saling berinteraksi. Melalui rasa lapar, emosi, keinginan, bahkan mimpi ibunya — janin mengirim pesan:

“Aku ingin mengenal kalian. Aku ingin merasakan cinta yang nyata antara Ayah dan Ibu.”

Ketika ibu tiba-tiba ingin makan sesuatu yang tak biasa, seperti sate dari kota tertentu, bisa jadi bukan rasa di lidah yang dicari, melainkan suasana kebersamaan saat ayah dan ibu pergi bersama. Dalam contoh nyata, seorang ibu yang ngidam sate Bandung ternyata bukan benar-benar ingin satenya, melainkan ingin melihat interaksi ayah dan ibu selama perjalanan itu. Setelah kebutuhan jiwa itu terpenuhi, rasa ngidamnya pun hilang.


💞 Emosi Ibu: Cermin Rasa Janin

Ngidam tidak bisa ditolak. Ia adalah gelombang komunikasi batin antara jiwa janin dan ibunya. Ketika keinginan itu diabaikan, tubuh dan emosi ibu akan menolak: gelisah, menangis, atau merasa tidak nyaman. Namun, saat keinginan itu diikuti, rasa bahagia muncul — bukan karena objeknya, melainkan karena pesan jiwa janin tersampaikan.

Beberapa ibu menceritakan perubahan aneh dalam diri mereka:

  • Tiba-tiba suka berenang, padahal sebelumnya tidak suka air.
  • Ingin tidur di lantai keras, bukan di kasur empuk.
  • Merasa tenang hanya ketika tangan suami mengelus punggung, bukan perut.
    Semua itu adalah ekspresi perasaan janin melalui tubuh dan sensasi sang ibu.

🌈 Warna, Musik, dan Tekstur: Bahasa Nonverbal Jiwa Janin

Warna yang disukai ibu saat hamil sering kali menjadi identitas emosional anak di masa depan.
Ada ibu yang selama hamil hanya ingin melihat warna pink — dan anaknya tumbuh dengan kecenderungan lembut dan penuh kasih.
Yang lain ingin warna biru — dan anaknya kelak berjiwa tenang dan penuh refleksi.

Demikian juga dengan musik. Tidak semua janin menyukai musik klasik. Ada yang ingin mendengar suara gitar, suara ombak, atau lantunan doa tertentu. Artinya, jiwa anak sudah memiliki “selera spiritual” sendiri yang harus dihargai, bukan diseragamkan.


🌺 Ketika Ayah Turut Terlibat

Kehadiran ayah dalam komunikasi jiwa sangat penting. Janin tidak hanya “berkomunikasi” dengan ibu, tetapi juga dengan ayah melalui sentuhan dan kehadiran.
Ada kisah seorang ibu yang baru bisa tidur jika tangan suaminya menyentuh punggungnya — bukan karena manja, melainkan karena janin ingin merasakan kehangatan energi ayahnya.
Keterlibatan ayah dalam elusan, percakapan lembut, atau doa bersama menumbuhkan ikatan emosional tiga arah antara ayah, ibu, dan janin.


🪞 Ngidam sebagai Cermin Jiwa

Ngidam bukan kelainan, bukan sekadar dorongan biologis. Ia adalah cermin dari dialog jiwa antara dunia dalam rahim dan dunia luar.
Setiap rasa ingin, setiap emosi, bahkan setiap air mata memiliki makna spiritual — sebuah panggilan dari jiwa kecil yang sedang belajar mengenal cinta, kebersamaan, dan nilai-nilai kehidupan.

Ketika orang tua belajar mendengarkan bukan hanya dengan telinga, tetapi dengan hati, maka komunikasi antara ibu dan janin akan menjadi pengalaman jiwa yang mendalam — bukan sekadar kehamilan biologis, tetapi perjalanan spiritual dua jiwa yang saling membentuk.


🌿 Penutup

Ngidam mengajarkan kita bahwa kehamilan bukan hanya urusan medis. Ia adalah perjalanan komunikasi dua jiwa yang penuh makna.
Ketika ibu mendengarkan tubuhnya, sesungguhnya ia sedang mendengarkan bahasa halus dari jiwa anaknya.
Dan ketika ayah ikut hadir dengan sentuhan dan perhatian, maka terbentuklah ruang cinta di mana jiwa anak tumbuh dengan bahagia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *