• +62 811-221-488
  • #
  • Cilaki, Bandung
artikel
“Untuk Rekan Medis: Kita Tidak Sekadar Menolong Kelahiran, Tapi Menjaga Jiwa yang Sedang Datang ke Dunia”

“Untuk Rekan Medis: Kita Tidak Sekadar Menolong Kelahiran, Tapi Menjaga Jiwa yang Sedang Datang ke Dunia”

image_pdfimage_print

Oleh : dr. Maximus Mujur, Sp.OG

Rekan sejawat yang saya hormati,

Di balik USG, stetoskop, monitor CTG, angka tekanan darah, dan jadwal ANC yang padat,
izinkan saya mengajak kita semua berhenti sejenak…
untuk mengingat bahwa apa yang sedang kita dampingi bukan hanya pertumbuhan janin,
tetapi juga kelahiran jiwa baru ke dunia.

Dalam rahim seorang ibu, sedang berlangsung sesuatu yang jauh lebih sunyi dari denyut nadi dan jauh lebih dalam dari USG:
komunikasi batin antara ibu dan anaknya.
Dan sering kali, kita—dengan segala kecakapan klinis dan pengalaman teknis—tanpa sadar hanya hadir untuk tubuh,
dan lupa bahwa ada jiwa yang sedang belajar merasa aman, belajar merasa dilihat, bahkan sebelum ia bisa membuka mata.

Sebagai tenaga medis, kita terbiasa bekerja dengan tanda vital.
Namun, saya percaya bahwa tanda kehidupan bukan hanya denyut jantung, tapi juga getaran batin.
Dan seorang ibu, apalagi yang sedang mengandung, adalah manusia yang paling terbuka terhadap sinyal batin ini.
Ia bisa merasakan ketika bayinya gelisah, menolak makanan tertentu, atau tiba-tiba membuatnya menangis tanpa sebab.
Itulah bahasa pertama anak. Bukan tangis, tapi rasa. Bukan suara, tapi gelombang intuisi.

Pertanyaannya: apakah kita memberi ruang bagi hal itu?
Apakah kita hanya menjelaskan apa yang “seharusnya”, atau kita juga bertanya:
“Apa yang Ibu rasakan tentang bayinya hari ini?”

Kita bukan hanya perawat tubuh, kita adalah penjaga ruang batin keluarga yang sedang lahir.
Dan jika kita benar-benar hadir,
maka kita sedang tidak sekadar membantu kelahiran bayi,
tetapi sedang merawat peradaban jiwa sejak sebelum ia menginjak tanah.

Saya tahu dunia medis sering menuntut presisi, bukti, dan protokol.
Tapi saya percaya, empati dan ketulusan tidak pernah mengganggu standar itu.
Justru memperkaya.
Dan yang paling diingat oleh ibu, bahkan bertahun-tahun setelah persalinan,
bukan seberapa cepat kita melakukan tindakan,
tetapi seberapa tulus kita hadir dalam rasa.

Rekan-rekan yang saya hormati,
perjalanan ini bukan hanya tentang profesi, ini tentang makna.
Tentang kepercayaan yang diberikan kepada kita untuk menjadi saksi pertama bagi jiwa baru yang akan menempuh kehidupan.

Terima kasih karena telah memilih menjadi penyambut kehidupan.
Mari kita tetap hadir, bukan hanya dengan ilmu, tapi juga dengan hati.
Karena dunia tidak kekurangan orang pintar,
tapi ia sangat merindukan orang yang benar-benar hadir.

Dengan hormat dan harapan,
Dari seorang rekan yang percaya bahwa setiap kehamilan adalah percakapan suci antara ibu, anak, dan dunia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *